Kaum Rebahan ID -- Saat ini Ibu Pertiwi tengah gundah dilanda pandemi yang tak kunjung usai, bentuknya tak kasat mata namun mampu menggemparkan jagat raya. Ia seperti drakula yang tengah kelaparan, namun nyatanya ia lebih menakutkan dibandingkan drakula.Ia mampu melahap siapa saja tanpa ampun, tak mengenal dari kalangan mana ia berasal, menengah ke bawah, bahkan ke atas habis dilahapnya. Drakula ini kini disebut dengan nama COVID-19.
COVID-19 (Corona Virus Diseases-19) adalah sebuah penyakit yang bisa menular dari satu orang ke orang lainnya melalui berbagai media, baik langsung maupun tidak langsung. Virus ini berawal dari sebuah kota di China, yaitu wuhan pada akhir tahun 2019 dan penyebarannya sangat cepat dan tak terprediksi). Sedangkan di Indonesia sendiri baru teridentifikasi pada pertengahan Februari 2020, WHO juga menyebutkan Gejala-gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, batuk kering, dan rasa lelah. Gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul secara bertahap.
COVID-19 dapat menyebar terutama dari orang ke orang melalui percikan-percikan (droplet) dari hidung atau mulut yang keluar saat orang yang terinfeksi COVID-19 batuk, bersin atau berbicara. Oleh karena, itu kita dianjurkan untuk menggunakan masker dan tetap menjaga jarak.
Awal kemunculan COVID-19 di Indonesia terbilang cukup lucu, beberapa saat setelah pemerintah mengumumkan bahwa Virus ini telah teridentifikasi masuk ke Indonesia banyak sekali mafia berkelakar salah satunya menimbun stok masker, alhasil masker menjadi langka dan harganya melambung tinggi. Jika dipikir dengan akal sehat, mengapa di saat seperti ini masih saja ada oknum yang mencuri-curi kesempatan untuk menambah pundi pundi rupiah dengan cara yang tidak sehat? Bukankah di saat seperti ini harusnya kita saling tolong-menolong menyelamatkan Ibu Pertiwi dari cengkeraman virus tak kasat mata ini.
Adapula yang memborong bahan-bahan pokok di supermarket menyebabkan stok menjadi habis. Mungkin, itu salah satu cara mereka mengantisipasi diri dari pandemi ini. Namun, tanpa disadari mereka telah sukses membuat kepanikan di masyarakat. Karena beberapa media massa memberitakan seputar kelangkaan tersebut.
Tidak hanya itu di saat genting seperti ini ada banyak sekali berita bohong hoax yang bermunculan ke publik. Hebatnya peredaraan berita tersebut juga tak kalah cepatnya dari peredaran virus ini serta dikemas dengan pemilihan kata yang menarik seolah-olah berita ini bukanlah hoax. tentunya ini sangat meresahkan terutama bagi orang tua yang baru mengenal tombol share di media sosial.
Dikutip dari detik.com, menurut data situs Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan tim Humas BNPB, Sabtu (5/9/2020), jumlah kasus COVID-19 di Indonesia menjadi 190.665. Dilaporkan juga 2.220 sembuh dari Corona. Dengan penambahan tersebut, total pasien sembuh dari Corona di RI sebanyak 136.401 Sedangkan, pasien positif Corona yang meninggal dunia per 5 September sebanyak 108 orang, sehingga totalnya menjadi 7.940 orang meninggal. Sebanyak 30.640 spesimen diperiksa pada hari ini. Sementara itu, 86.778 suspek dipantau.
Imbas yang ditimbulkan dari adanya pandemi ini tidak main main dan kian memprihatinkan setiap harinya, bisa di bilang hampir setiap sektor terkena imbasnya.
Meningkatnya pengangguran adalah contoh yang paling mudah kita temukan. Dikutip dari detik.com, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan jumlah Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Februari 2020 sebanyak 6,88 juta orang atau bertambah 60 ribuan orang dari tahun 2019.
Menurut Suharso, Pandemi COVID-19 bisa menambah sekitar 4 juta sampai 5,5 juta orang pengangguran. Pasalnya, banyak perusahaan atau pabrik yang merumahkan bahkan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Kita tidak tahu entah sampai kapan pandemi ini akan melanda Ibu Pertiwi, entah berapa banyak lagi korban yang berjatuhan. Ini bukan saatnya kita saling menyalahkan, namun ini saatnya kita bersatu. Bersatu melawan Pandemi dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan, agar kita bisa melepaskan bangsa ini dari cengkeraman jahat COVID-19.
"Disiplin adalah Kunci Meraih Kesuksesan" kata-kata yang sering diucapkan salah satu guru saya 15 Tahun yang lalu dan kini mulai terngiang kembali, dan seketika saya mulai sadar kuncinya adalah disiplin.
Tak heran apabila budaya disiplin tidak tertanam dalam diri kita, mungkin protokol kesehatan yang telah dirancang pemerintah tak segan untuk kita langgar. Banyak kita temui di jalanan, orang berlalu lalang dengan santainya namun tidak memakai masker, budaya jabat tangan pun masih sering kita temui, serta kita dapat menemui dengan mudahnya orang - orang berkerumun tanpa menjaga jarak.
Pada dasarnya berbagai upaya telah dilakukan untuk dapat menyadarkan masyarakat tentang kejamnya virus ini, mulai dari usaha preventif seperti sosialisasi mengenai virus ini, sampai usaha represif seperti menindak tegas masyarakat yang tidak memakai masker. Namun, nyatanya usaha usaha tersebut masih belum mampu menyadarkan masyarakat karena ketidakdisiplinan.
Mungkin kita sudah tidak asing lagi dengan imbauan ini "Patuhilah Protokol Kesehatan!" yang sering kita temukan di rumah ibadah, spanduk/baliho, dan juga iklan layanan masyarakat namun kenyataannya imbauan seperti itu hanya menjadi pemanis dalam untaian kata. Dalam pelaksanaannya, masih banyak orang yang mengabaikan imbauan tersebut, mungkin kita pun termasuk salah satu orang yang pernah mengabaikan imbauan tersebut, dan lebih parahnya mungkin kita pernah menganggap COVID-19 hanyalah konspirasi belaka.
Terlepas dari tuduhan konspirasi, ini bukan saatnya kita untuk memperdebatkan hal itu. Ada hal yang jauh lebih penting, yakni bagaimana menyelamatkan ribuan nyawa manusia dari belenggu pandemi ini, dan berpikir bagaimana caranya membuat Ibu Pertiwi tersenyum kembali. Perlu diketahui Ini bukan hanya tugas pemerintah, tenaga kesehatan ataupun petugas penjaga NKRI. Namun ini adalah tugas kita bersama sebagai Warga Negara Indonesia untuk mengembalikan keadaan Ibu Pertiwi sehat seperti sedia kala.
Tertuang di dalam Pasal 27 Ayat 3 UUD 1945 yang berbunyi "Setiap warga negara wajib ikut serta dalam membela negara". Dalam hal membela negara pada saat pandemi seperti saat ini adalah dengan dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan. Karena dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan, secara tidak langsung kita telah berkontribusi membantu pemerintah dan tenaga kesehatan untuk memutus rantai penularan virus ini.
Akan ada saatnya dimana Ibu Pertiwi kembali tersenyum dan tertawa. Namun, kita akan pernah tahu kapan itu akan terjadi, yang bisa kita lakukan saat ini adalah melakukan apapun yang bisa lakukan untuk menyelamatkan bangsa ini, salah satunya dengan tetap mendisiplinkan diri mengikuti protokol kesehatan karena sesungguhnya usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil.
0 komentar:
Posting Komentar